اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku."
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku."
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي وَحَرِّمْ وَجْهِي عَلَى النَّارِ
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku, dan haramkan wajahku tersentuh neraka."
Status Riwayat
Doa pertama diriwayatkan dari Aisyah dan Ibnu Mas'udRadhiyallahu 'Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berdoa:
اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku." (HR. Ahmad IV/68, 155 dengan isnad shahih. Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma', bahwa hadits tersebut diriwayatkan Imam Ahmad dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi yang shahih. Dinukil dari komentar Syaikh al-Albani dalam al-Irwa'.)
Sedangkan doa kedua diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud yang berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berdoa:
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku." (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 964, Abu Ya'la al-Mushili dalam Musnadnya no. 4944. Dan Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa' al-Ghalil no. 74)
Sementara doa ketiga dengan tambahan di akhirnya, terdapat dalam riwayat Ibnu Mardawaih:
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي وَحَرِّمْ وَجْهِي عَلَى النَّارِ
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku dan Haramkan wajahku tersentuh neraka." (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa' al-Ghalil no. 74)
Kapan Dibacanya?
Tidak ada keterangan yang menghususkan, baik dari tempat maupun waktu, dalam membaca doa tersebut. Maka doa di atas bisa dibaca kapan saja, saat merenung, menunggu adzan dan iqamah, saat bercermin, menyisir rambut, saat berada di masjid, dan tempat lainnya. Sedangkan riwayat yang menghususkannya pada saat bercermin adalah lemah. Sehingga tidak boleh dijadikan sebagai takhsis dan taqyidterhadap doa tersebut. Sementara siapa yang mau membacanya saat ia di depan cermin, maka tidak apa-apa. (Silahkan baca: Adakah Doa Khusus Saat Bercermin?)
Keterangan Doa
Sesungguhnya akhlak mulia merupakan sifat yang dimiliki oleh para nabi, shiddiqin, dan shalihin. Dengan akhlak mulia tersebut, mereka mendapatkan derajat yang tinggi, dan kedudukan terhormat. Dan Allah telah mengistimewakan Nabi-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan satu ayat yang mencakup akhlak terpuji dan budi pekerti yang indah padanya dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 4)
Akhlak yang baik akan membuahkan kecintaan dan kasih sayang. Bahkan bisa menutup kekurangan dan kesalahan. Sebaliknya, akhlak buruk akan menumbuhkann kebencian, permusuhan dan dengki. Dan bisa juga mengubur kelebihan dan kebaikan.
Akhlak yang baik akan membuahkan kecintaan dan kasih sayang. Bahkan bisa menutup kekurangan dan kesalahan.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyuruh untuk berakhlak baik dan selalu menjaganya. Bahkan beliau menempatkannya sejajar dengan takwa sebagai sebab yang paling banyak menghantarkan kepada surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. "Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak baik." (HR. al-Tirmidzi dan al-Hakim; disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 977 dengan sanad hasan)
Akhlak baik itu seperti: menampakkan wajah berseri, memberikan kebaikan kepada orang, berkata yang baik, menghindarkan sesuatu yang bisa menyakiti orang, menahan amarah, tidak berbuat yang membahayakan orang lain, dan semisalnya.
Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mewasiatkan kepada Abu Hurairah satu wasiat yang agung dalam sabdanya, "Wahai Abu Hurairah! Hendaknya engkau beakhlak yang baik." Lalu Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhubertanya, "Apa itu husnul khuluk (akhlak baik), wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Engkau menyambung silaturahim orang yang memutuskannya darimu, memaafkan orang yang menzalimimu, dan memberi orang yang tidak mau memberi kepadamu." (HR. Al-Baihaqi)
Perhatikan keterangan hadits Nabi tentang besarnya pahala berakhlak mulia. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda: "Sesungguhnya seseorang mendapatkan derajat orang berpuasa dan shalat malam karena akhlaknya yang mulia." (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu, dari NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
"Tidak ada sesuatu yang dapat memperberat timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari qiyamat selain kebaikan akhlaknya." (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)
Bahkan beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjanjikan bagi orang yang berakhlak mulia mendapatkan tempat yang lebih dekat dengannya di hari kiamat di dalam surga.
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبُكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَسِانُكُمِ أَخْلَاقًا
"Sesunggunya orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari qiyamat adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, dan Ibnu HIbban. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam ShAhih al-Jami', no. 15350)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memasukkan akhlak mulia sebagai bagian dari kesempurnaan iman dalam sabdanya:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang terbagus akhlaknya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Tirmidzi)
Karena itu laksanakan wasiatnya Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
"Bertakwalah engkau kepada Allah di mana saja berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya perbuatan baik tersebut akan menghapuskannya, serta bergaulah bersama manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Ahmad dan Al-Tirmidzi dari Abu Dzar dan Mu'ad bin JabalRadhiyallahu 'Anhuma. Dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahihul Jami’ no. 97)
Lalu kerjakan apa yang disabdakan beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam berikut ini:
أحب الناس إلى اللّه أنفعهم، وأحب الأعمال إلى اللّه عز وجل، سرور تدخله على مسلم، أو تكشف عنه كربة، أو تقضي ديناً، أو تطرد عنه جوعاً، ولئن أمشي مع أخي المسلم في حاجة أحب إليَّ من أن أعتكف في المسجد شهراً
"Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat di antara mereka. Sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah 'Azza wa Jalla adalah kesenangan yang engkau masukkan dalam diri seorang muslim, atau engkau lenyapkan kesulitannya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh sekiranya aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk memenuhi kebutuhannya lebih aku sukai daripada beri'tikaf sebulan di masjid (yakni masjid Nabawi)." (HR. Thabrani; Hasan lighairi menurut Syaikh al-Albani)
Seorang muslim juga diperintahkan agar berkata yang baik dan lembut agar menjadi pemberat timbangan kebaikannya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
"Perkataan yang baik adalah shadaqah (berpahala)." (Muttafaq 'alaih) bahkan tersenyumpun yang tidak harus mengeluarkan tenaga besar juga diberi pahala. "Dan senyuman di wajahmu kepada saudaramu juga shadaqah (berpahala)." (HR. al-Tirmidzi)
Arahan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk berakhlak baik dan menghilangkan bahaya sangat banyak sekali. Bahkan sejarah hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam penuh dengan teladan dalam masalah ini untuk umatnya, baik akhlak beliau terhadap diri sendiri, terhadap para istrinya, tetangganya, kaum muslimin yang lemah, terhadap mereka yang masih bodoh, bahkan terhadap orang kafir. Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." (QS. Al-Maidah: 8)
Indikasi seseorang berakhlak baik dan berbudi pekerti mulia dapat dilihat dalam beberapa sifatnya, antara lain: banyak rasa malunya, tidak berbuat yang menyakiti hati orang, berkata jujur, sedikit bicara, banyak berbuat, tidak sering salah dan menyimpang, tidak berlebih-lebihan, banyak berbuat baik dan menyambung silaturahim, meredahkan diri, banyak sabar dan syukur, lemah lembut, penyayang, tidak bersikap kasar, tidak banyak mencela dan mencaci, tidak mengadu domba, tidak banyak menggunjing, tidak terburu-buru, tidak iri dan dengki, mencintai karena Allah dan meridhai karenaNya, membenci karena Allah dan memusuhi karena-Nya, dan semisalnya.
Dan sesungguhnya siapa yang diberi semua ini ia telah diberi sesuatu yang sangat berharga. Oleh karenanya, hendaknya seseorang di samping berusaha memilikinya dan menanamkan dalam jiwanya, serta merealisasikan pada anggota tubuhnya, ia menguatkannya dengan memohonkan semua itu kepada Allah. Karena di tangan-Nya lah semua kebaikan. Tidak ada sesuatu yang terjadi di muka bumi ini kecuali dengan izin dan kehendak-nya. Dan di antara bentuk doa memohon akhlak mulia didapatkan dalam doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di atas. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 comments:
Posting Komentar